Melihat tapi tak terlihat berdampingan namun tak saling mengikis

Sunday, 25 May 2014

  • Komplek Makam Tengku Di Bitay

    Komplek makam Tengku Di Bitay memberi tahu kita bagaimana eratnya hubungan antara aceh dengan negara timur pada saat itu. Bitay dikenal dengan perkampungan para ulama baik yang datang dari Pasai dan Pidie. Ulama-ulama itu banyak berasal dari Negara Baitul Muhadis (palestina). Pada saat iskandar muda kecil beliau sempat diajarkan oleh seorang ulama yang bergelar tengku di bitay. Dikomplek ini juga dimakamkan salah satu sultan aceh yaitu Sultan Salahuddin bin Sultan Ali mughayat syah yang memerintah aceh selama 17 tahun 11 bulan (menurut hitungan hijrah). Komplek makam ini terletak di daerah Gampong bitay kecamatan Jaya Baru kota Banda Aceh. Komplek makam ini telah dipugar karena sempat hancur akibat tsunami 2004 yang lalu. Jumlah makam secara keseluruhan lebih kurang 20 (dua puluh) makam diklarifikasikan.

    sumber :
    Aceh Sepanjang Abad jilid 1 (hal.134/176)
    www.acehbooks.org/pdf/ACEH_00234.pdf
    http://boynashruddinagus.blogspot.com/2013/09/sejarah-imperium-turki-di-aceh.html http://aulia87.wordpress.com/2011/09/11/turkish-graveyard-jejak-turki-di-aceh/
  • Monday, 19 May 2014

  • Komplek Makam Tuan Di Kandang


    Tuan Di Kandang Syech Bandar Darussalam atau yang bernama Mahmud Abi Abdullah Syech Abdul Rauf Bagdadi, adalah putra dari Sultan Mahmud Syah Seljuq yaitu seorang sultan yang berasal dari baghdad. Perang salib sekitar tahun 1116 M dibawah kepemimpinan Bani Abbasiyah, baghdad diserang oleh kerajaan Mongol. Bersama 500 pengikut, Tuan dikandang melarikan diri ke Aceh, kemudian menata kehidupan baru dan masuk dalam kehidupan sosial masyarakat. Kemudian mengembangkan ajaran Islam pada tahun 1205 M dan mengembangkan sistem pemerintahan kesultanan dengan Raja pertama Sulthan Abdul Aziz Johan Syah Putra. Konon juga, Tuan Di Kandang lah yang mendesain rencong pertama kali berdasarkan motif bismillah. Komplek makam Tuan Di Kandang yang hancur akibat diporak poranda oleh tsunami tahun 2004 yang lalu terletak di daerah Gampong Pande kota Banda Aceh, gambar diatas aku ambil sekitar setahun yang lalu sebelum makam dipugar.

    sumber :
    Arabesk No I Edisi XI
    http://www.ferhatt.com/2013/05/pande-kampung-seribu-nisan.html
    http://inovarental.com/sejarah/index.php?id=52

  • Sunday, 18 May 2014

  • Komplek Makam Putroe Ijo

    Putroe ijo atau dalam bahasa indonesia berarti Putri Hijau, tidak diketahui asal-usul siapa sebenarnya putroe ijo itu dikarenakan sejarah tentang putroe ijo itu sendiri berkembang bukan hanya di Banda Aceh melainkan di Pidie, Takengon, serta mata ie. Bahkan putroe ijo kerap di sangkut pautkan dengan Kerajaan Deli daerah Sumatera Utara. Menurut ibu Dahlia selaku Plt Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala(BP3, Saat musibah tsunami melanda Aceh, 26 Desember 2004 silam, makam Putroe Ijoe rusak parah, batu nisan tercerabut. Kemudian Badan Rehabilitasi Rekontruksi (BRR) NAD–Nias, merehab makam tersebut tanpa koordinasi dengan BP3. “Batu nisan mereka atur tidak lagi pada tempat semula". Aku sendiri masih pusing dengan sejarah siapa sebenarnya Putroe Ijo itu, nyari-nyari bahan di internet dan buku pun minim hasil. Gambar diatas aku ambil bersamaan dengan aku ngambil gambar Makam Tuan Di kandang, karena letak Makam Putroe ijo berdekatan dengan makam tuan di kandang. Jika diantara ente ada yang mengetahui cerita tentang putroe ijo ini mohon dibagi agar kita saling melengkapi :D
    wassalam..

     sumber :
     Zulkarnaini Masry, Modusaceh.com
  • Friday, 16 May 2014

  • Udep Saree Matee Sjahid

    Gedung Juang
    "Udep saree matee sjahid, sikrek gaphan saboh keureunda” (hidup damai atau mati syahid, secarik kain kafan satu keranda).
    Walaupun sekarang kita hanya bisa melihat itu semboyan hanya sebagai kiasan dipintu masuk gedung juang kota Banda Aceh bukan berarti itu tak bermakna. Semangat yang terkandung dalam semboyan itu adalah berani berperang demi kehormatan bangsa dan agama. Semboyan diatas lah yang selalu memberikan kekuatan lahir dan batin pejuang dan prajurit aceh masalalu.
    Jika mengingat hal tersebut ak uingat dulu waktu masih kecil men, berhubung aku orang medan setiap lebaran sering pulang kampung naik L-300. Seiring aku bolak-balek tiap tahun, mobil yang aku tumpangi selalu berhenti disebuah makam men, aku bingung kan jadi aku tanya aja sama itu supir. Ternyata eh ternyata itu sebuah makam tengku men, aku tapi gak tau itu makamnya tengku apa. Jadi aku cuma beranggapan kalau itu makam orang mulia.
    Cerita punya cerita setelah aku udah mulai mempelajari sejarah aceh walaupun masih dangkal, akhirnya aku tau itu makam kepunyaan siapa.
    Kejadian heroik itu terjadi di daerah Tambue kecamatan Simpang Mamplam Kabupaten Bireuen sekarang. Tepatnya pada tahun 1902, saat itu 8 orang tengku bersenjata kelewang menghadang pasukan marsose yang berjumlah 24 orang bersenjata lengkap. Peperangan sengit pun terjadi, dan entah bagaimana ke 8 tengku tersebut berhasil membunuh 24 pasukan marsose tanpa lecet sedikitpun. Setelah mengumpulkan senjata api milik marsose itu, namun tiba-tiba pasukan marsose dalam jumlah yang lebih besar datang dari daerah timur (jeunib) menembaki mereka hingga syahid. Akibat kekesalan marsose melihat teman mereka mati dibunuh, mereka mecincang dan memotong-motong tubuh ke 8 tengku dan dikuburkan dalam satu liang.
    ke 8 tengku itu disebut sebagai "Teungku Syahid Dilapan Aceh".
    berikut nama ke 8 tengku tersebut :
    1. Tgk. Pahlawan Prang Rayeuk Djurong Binjei.
    2. Tgk. Muda Lem Mamplam.
    3. Tgk. Nyak Bale Ishak Blang Mane.
    4. Tgk. Meureudue Tambeu,
    5. Tgk. Bale Tambeu.
    6. Tgk Apa Sjech Laot Jok Mamplam.
    7. Tgk Muhammad Sabi Blang Mane.
    8. Tgk Nyak Ben Matang Salem Blang Teumuleh.

    Begitu besar perjuangan bangsa aceh melawan bentuk penjajahan pada saat itu, bukan hanya gerakan yang dipimpin langsung oleh sultan saja yang turut membela bangsa namun pihak ulama juga mengambil andil dalam hal tersebut. Udep saree matee sjahid lah yang membuat para pejuang dan prajurit aceh berani mempertaruhkan nyawa untuk melawan semua bentuk penindasan dan penjajahan.
    Mari kita ambil semangat para syuhada dan lanjutkan perjuangan mereka untuk tetap menjaga kita dari bentuk pendangkalan akidah yang terjadi di bumoe seuramoe mekkah kita ini.

    wassalam...
  • Komplek Makam Sultan Keturunan Bugis

    Komplek makam ini berada di pekarangan Museum Aceh kota Banda Aceh.

  • Komplek Makam Kandang Blang

    Yang dimakamkan di komplek ini adalah salah satu Sultan Aceh beserta keluarga sultan lainnya, kondisi makam hancur akibat dilanda tsunami pada tahun 2004 yang lalu.

  • Komplek Makam Keluarga Kerajaan

    Komplek makam ini satu pekarangan dengan makam Kandang Meuh. Yang tidak dimakamkan disini adalah sultan aceh terakhir ( Sultan muhammad daudsyah) pekarangan komplek ini bersebelahan dengan gedung pendopo gubernur.

  • Komplek Makam Kandang XII

    Salah seorang sultan yang dimakamkan disini adalah sultan aceh pertama, pekarangan makam ini terletak di asrama keraton tentara kota Banda Aceh.

  • Copyright @ 2013 life in Aceh.